Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengembangan Ekonomi Lokal

Konsep-Konsep Pengembangan Wilayah
1. Pusat-Pusat Pertumbuhan
2. Pengembangan Ekonomi Lokal
3. Strategi Pengembangan Ekonomi
-          Location Quotient Analysis (LQ)
-          Shift – Share Analysis
4. Pembangunan Ekonomi Berbasis Wilayah
5. Pengembangan Wilayah Berbasis Kompetisi
---------------------

Pada awalnya, sesuai dengan sejarah perencanaan pembangunan, di mana ada konsep pengembangan wilayah yang dilaksanakan secara development from above, development from below dan selective spatial closure, agropolitan tidak memberikan hasil yang diinginkan dan sulit diimplementasikan, maka lahirlah konsep local economic development.

Konsep pengembangan ekonomi lokal berusaha memadukan konsep-konsep tersebut, dengan mengembangkan dan meningkatkan peran elemen-elemen endogenous development dalam kehidupan sosial ekonomi lokal dan melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah yang lebih luas (Ma’rif : 2000).



Pengembangan ekonomi lokal mendasari konsepnya pada pengembangan kewirausahaan lokal serta tumbuh kembangnya perusahaan-perusahaan lokal, kerja sama pemerintah lokal dengan swasta dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengelola sumber-sumber yang potensial untuk mendorong aktivitas ekonomi.

Konsep ini pada dasarnya beranggapan bahwa pengembangan wilayah sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang oleh kelembagaan yang ada di wilayah tersebut, meliputi industri, universitas, asosiasi kegiatan usaha, pemerintah daerah, pengusaha lokal dan lainnya. Masalahnya adalah bagaimana memobilisasi potensi-potensi kelembagaan tersebut dan menjadikannya sebagai faktor pendorong pengembangan wilayah.

Terdapat banyak fungsi yang harus diperhatikan dalam pengembangan ekonomi lokal, seperti sumber daya alam, tenaga kerja, modal investasi, skala ekonomis, pasar, situasi ekonomi, kemampuan pemerintah pusat dan daerah, serta situasi yang kondusif.

Dalam bahasa akademis, perekonomian lokal dapat dibagi menjadi dua sektor perekonomian, yaitu sektor basis dan non basis. Kegiatan pada sektor basis merupakan kegiatan yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke luar batas wilayah perekonomian. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam wilayah yang bersangkutan.

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa bertambah banyak sektor basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan dari luar daerah ke dalam daerah yang bersangkutan, sehingga akan menambah permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh sektor non basis, demikian pula sebaliknya. Sektor basis mempunyai peranan sebagai penggerak utama (prime mover role) perekonomian wilayah melalui efek multiplier. Dengan demikian suatu daerah dapat berkembang apabila mampu mengembangkan sektor basisnya (Glasson, 1977), serta penanaman modal pada industri-industri lokal merupakan investasi sebagai akibat kenaikan pendapatan dari industri-industri sektor basis (Kadariah, 1985).

Suatu daerah akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang menjadi sektor basisnya. Bagi daerah yang tidak memiliki sektor basis, maka akan lambat dalam pertumbuhan ekonominya. Sedangkan kerugiannya apabila suatu daerah tergantung pada satu kegiatan basis, maka perekonomian sangat rentan terhadap gejolak.

Teori Pengembangan Ekonomi Lokal pada intinya mengemukakan bagaimana mengembangkan perekonomian lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki, sejauh mana industri tersebut menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan menumbuhkan perekonomian lokal serta bagaimana keberlanjutannya pada masa yang akan datang. Menurut Coffey and Polase dalam Blair (1985) proses berkembangnya perekonomian lokal pada dasarnya meliputi empat tahap : pertama, tumbuhnya kewiraswastaan (entrepreneurship) lokal ; kedua, lepas landasnya (take off) perusahaan-perusahaan lokal ; ketiga, berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut keluar lokalitas, dan keempat, terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang mengakar pada kegiatan dan inisiatif lokal serta keunggulan-keunggulan komparatif aktifitas ekonomi lokal tersebut.

Local economic development sebagai model, menekankan pada bagaimana merumuskan endogeneous development policies dengan sebanyak mungkin menggunakan aspek lokalitas dalam pembangunan, baik berupa sumber daya menusia, sumber daya alam, sumber daya buatan dan kelembagaan. Indikator yang sering digunakan adalah besarnya kesempatan kerja di daerah tersebut.


Daftar Pustaka:

Blair, John P, Local Economic Development Analysis and Practice, Sage Publication Inc. California 1995.
Glasson, John, Pengantar Perencanaan Regional, Edisi Terjemahan Paul Sihotang, LPFE UI, Jakarta, 1977.
Kadariah, Ekonomi Perencanaan, LPFE UI Jakarta, 1985.
Ma’rif, Samsul, Ekonomi Wilayah dan Kota, Ekonomika dalam Perencanaan Identifikasi Sektor Strategis, Diktat Kuliah PWK UNDIP Semarang, 2002.

Parr, John B, Growth Pole Strategies in Regional Economic Planning : A Retrospective View, Carfax Publishing 1999.
Nawanir, Hanif (2003), Studi Pengembangan Ekonomi dan Keruangan Kota Sawahlunto Pascatambang, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (2003)

Post a Comment for "Pengembangan Ekonomi Lokal"