Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Best Practices - Keberhasilan Kota Surabaya 'Merevitalisasi' Gang Dolly

Tulisan berikut diambil dari media (detik dot com), sebagai bahan best practices atau referensi dalam merevitalisasi suatu daerah yang "kumuh" (sosial). Semoga bermanfaat.
Sejarah DOLLY
Cerita dari Surabaya, Langkah Berani 'Mengubur' Sejarah Gang Dolly
Surabaya - Ada dan berkembang sejak 1960-an, lokalisasi Dolly tamat di tangan Wali Kota Tri Rismaharini setahun lalu. Padahal sebelumnya banyak yang menyangsikan realisasi penutupan itu. Memang, dibutuhkan keberanian untuk merevolusi kota berikut masalah sosialnya, terutama prostitusi.



Dulu, Dolly adalah makam. Seiring perkembangan zaman, kawasan itu tumbuh dan menyatu dengan permukiman di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, menjadi lokalisasi prostitusi. Beragam masalah sosial muncul. Apalagi penghuni kian hari kian bejibun. Berdasarkan data tahun 2014, jumlahnya lebih dari 1.000-an perempuan.

Wali Kota-wali kota sebelumnya tahu betul soal Dolly dan masalahnya. Tak heran, rencana penutupan terus menyeruak. Namun tak ada yang mampu merealisasikan. Entah karena memang cuma rencana demi kepentingan tertentu atau karena faktor lain.

Risma, wali kota perempuan Surabaya, berbeda. Ia melihat lokalisasi lebih utuh. Mulai dari masalah ekonomi, pengaruh sosial, hingga eksploitasi perempuan. Maka itu, ia mantap menutup kawasan tersebut. Apapun bakal ia hadapi. Apapun ia pertaruhkan, termasuk nyawa.
"Saya memang saya sudah ikhlas (mati)," kata Risma saat itu, Kamis (19/6/2014).
Sosialisasi rencana penutupan dilakukan jauh-jauh hari. Menjelang Ramadan tahun lalu, tepatnya Rabu, 18 Juni, ia mengeksekusi kebijakan itu. Deklarasi digelar di Gedung Islamic Center, tak jauh dari kantor Kelurahan Putat Jaya.
Hampir seribu anggota Brimob dan Sabhara diterjunkan untuk menjaga lokasi deklarasi. Tiga unit mobil water canon juga disiagakan di depan pintu masuk Islamic Center.

Massa pro Dolly bergolak. Mereka yang mengatasnamakan Front Pekerja Lokalisasi (FPL) berunjuk rasa dan memblokir gang-gang di sekitar lokaliasi. Pada saat bersamaan, 91 PSK dan mucikari membaca deklarasi di gedung Islamic Center. Dengan lantang, mereka menyatakan:

Kami warga masyarakat Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, berkeinginan agar:

  1. Wilayah Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, menjadi wilayah yang bersih, sehat, aman, tertib, dan bebas dari lokalisasi prostitusi.
  2. Wilayah Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, menjadi wilayah yang bermartabat dengan membangun usaha perekonomian yang sesuai dengan tuntunan agama dan peraturan yang berlaku.
  3. Kami memohon kepada aparat berwenang untuk menindak secara tegas para pelaku kejahatan perdagangan orang, perbuatan asusila, dan penggunaan bangunan untuk perbuatan maksiat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  4. Wilayah Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, menjadi wilayah yang maju, aman, dan tertib, dengan bimbingan dan perhatian aparat keamanan dan Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, dan pemerintah pusat.


Sejak naskah itu selesai dibacakan, lokalisasi Dolly resmi ditutup. Orang yang berbuat asusila di kawasan itu bakal diproses hukum. Perlahan tapi pasti, penghuni hengkang.
"Proses untuk membebaskan Dolly dari prostitusi menjadi sejarah bangsa ini. Ini tanggung jawab kita bersama," kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Supomo, kepada detikcom, Sabtu (13/6/2015).
Ya, penutupan Dolly adalah sejarah. Berkat keberanian Risma dan dukungan dari berbagai pihak, hal itu terlaksana. Kini, perubahan tengah terjadi di kawasan eks Dolly. Seperti apa? Simak tulisan selanjutnya.

(Sumber: http://news.detik.com/berita/2942211/cerita-dari-surabaya-langkah-berani-mengubur-sejarah-gang-dolly)


Tekanan Politik dari Partai Pengusung Bu Risma
Ketua DPRD Surabaya Sebut Cuma PDIP yang Tolak Penutupan Dolly
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rencana Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk menutup kawasan pelacuran di Dolly dan Jarak, tetap mendapat sokongan politik.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya, meminta, agar Wali Kota Tri Rismaharani tetap di jalur awal, yaitu menghentikan praktik prostitusi tersebut.
Ketua DPRD Surabaya Sebut Cuma PDIP yang Tolak Penutupan Dolly

Ketua DPRD Muhammad Machmud mengatakan, suara bulat lembaga pimpinannya siap menjadi amunisi pembelaan jika Risma mendapat perlawanan. "Harus ditutup. Targetnya memang harus ditutup. Itu sesuai dengan rencana semua badan pemerintahan," kata dia saat dihubungi RoL, Selasa (17/6).

Kata dia, masih ada satu fraksi di legislatif kota yang menolak, tapi tekad pemerintah untuk mengalihfungsikan kawasan merah itu menjadi keharusan. Hingga saat ini, ia menjelaskan cuma fraksi PDI Perjuangan yang menentang langkah Risma tersebut.
"Ya, perdebatan itu biasa. Kendala-kendala wacana itu juga biasa. Tapi kan nggak lantas penolakan (dari PDI Perjuangan) itu dituruti," ujar anggota fraksi Partai Demokrat ini.
Machmud menjelaskan, tanggal penetapan penutupan dan pengalihfungsian Dolly dan Jarak sudah ditentukan Pemkot. Kata dia, jika tetap pada peta rencana, Rabu (18/6), jadi hari deklarasi bersama penutupan. Dia menjelaskan, deklarasi itu sebagai formalitas dari penghentian lokalisasi tersebut.

Kata dia, ada setidaknya tiga elemen terkait prostitusi yang akan menandatangani penghentian praktik prostitusi itu. Di-antaranya, adalah para mucikarasi, PSK, dan warga asli di Dolly dan Jarak.

Selanjutnya, dikatakan dia, deklarasi juga harus disusul dengan program-program menghapusan serta pemulangan para PSK ke kampung halaman.

(Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/06/17/n7axy8-ketua-dprd-surabaya-sebut-cuma-pdip-yang-tolak-penutupan-dolly)


EVALUASI DOLLY 2015, 
Begini Wajah Dolly setelah Ditutup
Surabaya - Biasanya, penutupan lokalisasi hanya formalitas, hanya seremoni. Sebab, setelah ditutup, aktivitas di dalamnya tetap. Bagaimana dengan Dolly yang resmi ditutup setahun lalu? 

Malam belum larut saat detikcom melintas pekan lalu. Jalan raya di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, ramai oleh kendaraan. Kondisi berbeda terlihat di jalan sepanjang 150 meter yang dulu dikenal sebagai 'Gang Dolly'. Hanya satu dua kendaraan yang lewat.

Di kanan kiri jalan, ada beberapa orang nongkrong. Rumah-rumah yang terletak berhimpitan sepi seperti tak berpenghuni. Suasana redup, karena sebagian besar tak menyalakan lampu.


Tak terdengar ingar-bingar dentum musik. Tak terlihat perempuan-perempuan ber-hot pants duduk di etalase menunggu pria hidung belang. Di beberapa gang, terlihat pria berseragam polisi, TNI, dan Satpol PP. Sebagian duduk-duduk, sisanya berjalan di sekitar kawasan.

Dolly sudah berubah. Setelah ditutup menjelang Ramadan tahun lalu, tepatnya Rabu, 18 Juni 2014, wisma tempat perempuan mangkal sepi. Para penghuni hengkang.

Dari 10 wisma yang ditawarkan ke Pemkot Surabaya, 1 yang lebih dulu deal yakni Wisma New Barbara atau Barbara 2. Bangunan itu kini resmi menjadi aset pemkot setelah diperoleh kesepakatan jual beli seharga Rp 9 miliar.

Wisma yang berlantai enam dan terdapat fasilitas lift-nya itu kini sudah beralih fungsi menjadi pusat pelatihan warga terdampak penutupan serta posko terpadu petugas gabungan Garnisun Tetap (Gartap) III Surabaya, Polrestabes Surabaya, Satpol PP dan Linmas Kota Surabaya.
"Sesuai rencana pasca menjadi aset pemkot, gedung ini dijadikan pusat pelatihan, pemberdayaan, dan sentra kerajinan warga sekitar," kata Camat Sawahan, Yunus, Senin (15/6/2015).
Wisma milik Saka ini hingga kini masih direnovasi secara berkelanjutan oleh pemkot. "Tiap lantai itu kan sebelumnya berbentuk kamar kamar dan itu direnovasi menyeluruh," imbuh mantan Sekretaris Kecamatan Tambaksari ini.

Setelah menutup, tantangan berikutnya adalah menata ulang. Maklum, eks Dolly berkembang pesat. Bukan hanya soal fisik bangunan atau wisma, melainkan warga dan kehidupannya. Dan hal itu tentu sulit diselesaikan dalam waktu setahun. Yang jelas, 'kawasan merah' itu mulai berubah.
(ze/try)

(Sumber: http://news.detik.com/berita/2942287/begini-wajah-dolly-setelah-ditutup)


Dokumentasi /Foto Penentang Penutupan Dolly dan Pendukung Dolly
1. Penentang Penutupan Dolly
Spanduk Tolak Penutupan Dolly dari Paguyuban Pekerja Lokalisasi (Tolak Penutupan Lokalisasi KArena Sangat Tidak Manusiawi)
Spanduk Tolak Penutupan Dolly dari Paguyuban Pekerja Lokalisasi
(Tolak Penutupan Lokalisasi KArena Sangat Tidak Manusiawi)

2. Pendukung Penutupan Dolly





Post a Comment for "Best Practices - Keberhasilan Kota Surabaya 'Merevitalisasi' Gang Dolly"